Jumat, 02 April 2010

Pendidikan Budi Pekerti

APA, MENGAPA DAN UNTUK APA PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
A. Latar Belakang 
     Ditengah hiruk pikuknya budaya global dan hampanya nilai-nilai budi pekerti serta nilai-nilai spiritual, muncul sebuah perspektif pemikiran baru untuk mencari kemungkinan sistem, strategi baru sebagai alternatif pola pikir manusia pendidikan yang dirasakan semakin lama semakin kering makna.
    Sebagaian pemikir telah mencari konsep-konsep yang menurut penilaiannya bisa dimasukkan pada struktur dan paradigma peradapan modern, sebagaian yang lain mencoba dan berusaha untuk merekonstruksikan ajaran-ajaran tradisional peninggalan nenek moyang sebagai warisan leluhur untuk dihidupkan kembali sebagai alternatif kesadaran dan sebagai pandangan hidup yang diharapkan mampu mencerminkan jati diri kehidupan bangsa.
     Fenomena bangkitnya pemikiran di atas adalah merupakan suatu respon nyata dari keadaan dewasa ini, dimana kemajuan iptek dan budaya global yang didambakan dapat memecahkan persoalan-persoalan ternyata malah berubah menjadi sumber berbagai persoalan dan petaka ! artinya Bangunan modernisasi dan kebebasan yang diharapkan mampu mengatasi persoalan hidup bermasyarakat berbangsa , malah merendahkan derajat manusia dan kemanusiaan, dan  ternyata menawarkan pemecahan semu mulai dari dekadensi moral mulai dari anak-anak sampai manusia menjadi pengemban amanat rakyat  "suara rakyat suara Tuhan ".
    Perlu diketahui bahwa, hakekatnya manusia itu mempunyai kecenderungan  untuk senantiasa berada dalam perjalanan menuju keutamaan moralitas atau budi pekerti menuju pada ketuhanan. Oleh karena itu, kiranya keutamaan moral dan budi pekerti haruslah dianggap paling penting dan sentral dalam kehidupan manusia di masa depan !
B. Konsep Budi Pekerti dan Moralitas 
     Budi pekerti atau moralitas merupakan suatu sistem nilai budaya yang terdiri dari konsepsi yang hidup dalam alam pikiran masyarakat tentang hal-hal dianggap paling bernilai dalam hidup. Sedangkan Etika adalah suatu Filsafat tentang adat kebiasaan ( mode tingkah laku ), sebagai konsistensi tindakan manusia.
     Etika juga dikaitkan denga " etos" yang bermakna watak atau karakter, sikap, kebiasaan yang bersifat khusus tentang seseorang atau kualitas esensial manusia atau suatu kelompok termasuk bangsa. Dengan demikian "etos" juga berarti jiwa khas atau ciri khas  manusia, suatu kelompok yang berkembang menjadi pandangan bangsa tentang apa yang baik dan buruk berdasarkan etikanya.
     Pemahaman lain dari etika dan etos  ternyata bersamaan dengan perkembangan istilah moral atau akhlak yang dianggap suatu " paket atau produk jadi" yang bersifat normatif mengikat, sudah dan siap pakai yang wajib diterapkan oleh manusia dan kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa memperpanjang perbedaan pandangan , kiranya kita  setuju pandangan Pujangga Islam " Syaikani Bey " bahwa, Bangsa itu tergantung akhlaknya, apabila akhlaknya rusak maka binasalah bangsa itu ".
C. Perlu Solusi 
     Kondisi dan paparan di atas sangatlah membuat miris dan telah lama menggugah kepedulian Nasional denga pengambilan lngkah strategis melalui keputusan dan ketetapan-ketetapan yang mengarah kepada pendidikan. Namun apakah hal tersebut hanya merupakan tugas dari pendidikan saja? tidak tentunya... , bahwa tiap-tiap orang, keluarga , masyarakat dan negara tidaklah dapat melepaskan diri dari tanggung jawab... karena tiap-tiap masalah yang timbul, kususnya terhadap dekadensi moral akibat ulah dan perbuatan sebab akibat sebagai hukum kausalitasnya.
      Kelangsungan hidup keluarga, masyarakat dan bangsa perlu suatu terjadinya regenerasi dari yang tua kepada penggantinya yang muda, begitu seterusnya. Lah masalahnya dapatkan pergantian itu dilakukan tanpa adanya pemberian bekal yang cukup pada calon penggantinya dan apa bekal yang harus diberikan sehingga memungkinkan terwujudnya suatu regenerasi yang mampu membawa bangsa ini kepada jadi diri dan karakter bangsa ?.
     Ternyata bekal pendidikan tidaklah hanya cukup dengan menuntaskan wajib belajar 9 tahun atau 12 tahun saja , untuk mendapatkan dan memberikan anak sertifikat kelulusan, atau menunda sementara dengan dikarantina 12 tahun agar anak-anak remaja tidak membuat ulah, atau mungkin mengurangi pengangguran tidak kentara sambil menunggu waktu untuk mengganti pekerja yang sudah tua ?. Ternyata tidak ! Bekal Ilmu pengetahuan, ketrampilan dan kepandaian yang dilandasi kepribadian dan akhlaq selalu di integrasikan dalam jalur-jalur pendidikan formal dan non formal. Yang menjadi masalah pokok telah bergeser, apakah pendidikan telah dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan profesionalisme !
     Guru sebagai " central figure " bagi anak-anak dan masyarakat tidaklah hanya mengajar dan mendidik saja, tidak hanya melakukan " transfer of knowledge " tetapi juga harus mampu memberikan " building personality " yang terintegrasi dengan iman bagi anak dan masyarakat dimana dia berada. Dengan demikian kiranya " jiwa komitmen guru dalam keikhlasan"  akan memberikan dampak yang luar biasa pada pengembangan budi pekerti anak-anak bangsa dikemudian hari.  
      Tentang  kata" profesionalisme"  dan tunjangan guru itu adalah mestinya merupakan Hello effect dari beratnya tugas guru tersebut, tentu saja sudah sewajarnya menjadi pemikiran dari penyelenggara negara tanpa adanya desakan-desakan dari fihak manapun yang seolah-seolah fihak-fihak itu selama ini tidak memahami kebutuhan regenarasi bangsa ! bahkan bisa jadi  pemikiran guru menjadi terkontaminasi dari pikiran dan jiwa bersihnya " Pahlawan tanpa tanda jasa ". Sedangkan keluarga, masyarakat dan negara mempunyai suatu peran yang besar juga " gerakan Moral " sehingga tanggung jawab ini merupakan suatu kebersamaan yang integral. ( Komitmen, Kebersamaan dan KeIkhlasan ).
Penutup , bangsa yang besar harus optimis, walaupun bangsa kita secara rokhaniah sakit parah kita tidak bisa menunggu keadaan menjadi " bim salabim - brak da gedabrak " tetapi minimal ada niat , ada usaha dan ada keberanian merubah diri dengan  mengarahkan  kecenderungan jiwa  kepada nilai ke Tuhanan !  Insya alloh , karena " Alloh akan menerima taubat setiap hambanya yang mohon ampun"  dan " Allohpun akan merubah nasib suatu kaum apabila kaum itu mau merubahnya "  sebagai kewajiban. !!!
continue .......
anambintar@gmail.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar