Sabtu, 20 Maret 2010

*) Jepang dalam lingkaran "Hakko Ichiu"

A. Jepang dalam Perang Asia Pasifik
Dalam kontek ini tentu saja tidak bisa dilepaskan dari proses sejarah panjang Jepang yang merupakan negara di Asia yang tidak pernah dijajah oleh bangsa Eropa. Ajaran Shintoisme yang tertanam , ajaran " Bushidonya " yang terpatri dan ajaran "harakirinya" sebagai syuhada' ala Jepang yang terhormat berjalan dalam kontek sejarah Jepang yang panjang dalam nasionalisme.
Dalam perkembangannya dan Kemajuan Jepang yang modern dalam Konteks "Mezzi Restorasi" , yang didasari ajaran-ajaran dan rasa nasionalisme di atas diwujudkan dalam bentuk revolusi industri dan kemampuan ilmu teknologi yang menjadikan bangsa Jepang menjadi negara modern dan maju dio asia sederajat dengan bangsa Eropa.
Ajaran dan Modernisasi Jepang yang telah menyatu dan mendarah daging menumbuhkan suatu Nasionalisme yang " Chauvinisme " dengan kemampuannya mengalahkan bangsa Rusia dalam perang tahun 1904-1905. Disamping itu kemajuan Jepang yang luar biasa dalam industri telah menimbulkan permasalahan : politik , Ekonomi , Sosial dan budaya dalam negeri yang memerlukan pemikiran dan pemecahan tersendiri.
Faktor-faktor diatas dan Motivasi ajaran " Hakko Ichiu" dalam Shinto yang di doktrinkan pada bangsa Jepang oleh Kaisar ( sebagai wakil Tuhan ) dimana " bangsa Jepang adalah bangsa Tinggi - Asia harus satu atap dibawah pimpinan Jepang " rasanya doktrin ajaran shinto tersebut merupakan " doktrin politik Kaisar" dengan efeknya sebagai jalan keluar untuk mengatasi permasalahan industri dan dampaknya, adanya jumlah penduduk yang padat dengan tanah yang sempit dan sebagainya, sedangkan Asia umumnya telah dikuasai bangsa-bangsa Eropa .
Kondisi di atas meyakinkan Kaisar bahwa " Nasionalisme yang Chauvinisme Jepang " dan "Doktrin Ajaran dalam Shinto" yang sudah terbentuk adalah modal kuat bagi Kaisar untuk mewujudkan ambisinya yang tentu saja tidak diketahui oleh rakyat dan prajurit-prajuritnya. Sehingga " Titah Kaisar " adalah " Titah Tuhan merupakan suatu kewajiban yang harus diwujudkan dalam bentuk Nasionalisme total sesuai ajaran shintoisme di atas.
Perang Jepang menghancurkan bangsa Eropa ( sekutu ) sebagai bangsa penjajah di Asia umumnya tidak dapat dielakkan, maka berkobarlah Perang di Pasifik " Perang Asia Timur Raya " atau dikenal dengan Perang Dunia II karena melibatkan banyak Negara atau Benua.

B. Kedatangan Jepang dan Nasionalisme Indonesia
Dalam perang Asia timur raya ini Jepang hanya bertekat " Menang " untuk mewujudkan label sebagaimana diatas tanpa memperhatikan etika dalam perang dan dampak kemanusiaan yang akan terjadi.
Pagi hari 8 Desember tahun 1941 tanpa pemberitahuan lebih dahulu jam 04.00 pangkalan Angkatan Laut "Pearl Harbur US" di samudra Pasifik di serang dengan bombadir terpedo yang didalamnya ada semangat bushido membuat tentara sekutu kelabakan dan lari mencari perlindungan dan strategi beberapa waktu.
Tidak lebih dari 100 hari pertama ternyata Jepang telah hampir menguasai seluruh Asia Tenggara, bahkan bangsa Eropa yang telah menguasai Asia umumnya dibuat tidak berkutik, misalnya Inggris, Amerika, Perancis , Spanyol, Portugis. Belanda yang ada di Indonesiapun juga yang telah lama secara deyure dan de facto menguasai Indonesia dibuat harus menyerah tanpa syarat di " Kalijati " dalam Perjanjian kalijati 8 Maret 1942 yang ditandangani Jendral de Porteen " dimana " Belanda Menyerah Tanpa Syarat terhadap Jepang ". Hal inilah yang menyebabkan Belanda harus membuat pemerintahan secara de yure di Australia dengan nama " NICA " ( Nederland Indisch Civil administration ) dengan harapan jika Jepang kalah dengan sekutu Belanda masih bisa menguasasi Indonesia lagi.


Pada tangga 8 Maret 1942 itulah secara de facto Jepang menguasai Indonesia dengan kebijakan-kebijakan yang jauh berbeda dengan penjajahan Belanda. Kebijakan-kebijakan politik, militer, ekonomi dan sosial budaya dikerahkan untuk mendapatkan simpati bangsa Indonesia agar mau membantu Jepang dalam mengagapai " Hakko Ichiu ". namun yang perlu diketahui tidak sedikit kebijakan tersebut membawa dampak yang sangat menyakitkan yang berakibat juga pada pemberontakan masa Jepang didaerah-daerah.
Kebijakan segala bidang masa Jepang walaupun secara kemanusiaan sangat merugikan dan melanggar hak asasi manusia, tetapi membawa bangsa Indonesia kepada kemampuan militer, politik pemerintahan dan kemampuan lain serta adanya semangat " nasionalisme yang terpupuk secara sembunyi dalam jiwa yang dalam dimana suatu waktu akan ditunjukkan pada " Titik Kulminasi Bangsa Indonesia " 17 Agustus dan aktualisasi Nasionalisme dalam mempertahankan Kemerdekaan 17 agustus 1945 di daerah-daerah !
continue....
anambintar@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar