Rasanya saya dengan mengamati, memahami kondisi, dan menganalisa yang kemudian menganalogikan situasi suatu peristiwa sejarah Renaissance sebagaimana terpapar dalam artikel sebelumnya tidaklah salah jika saya berpendapat bahwa Indonesia Dewasa ini bisalah dianalogikan dalam kondisi masyarakat "The Dark Reformation Age" - masa reformasi yang gelap dengan ciri-ciri yang hampir sama dengan " The Dark Midle Age " di Eropa. Hal ini tentu saja sesuai dengan pendapat-pendapat pakar, analisis dan ilmu lain dalam segala tinjauan dan sudut pandangnya masing-masing.
Di Masyarakat telah terjadi suatu krisis moral , krisis kepercayaan, kritis berpikir modern yang beradap dan krisis jati diri sebagai bangsa.
Sebagai Bangsa besar kiranya perlu menengok kembali ke Peristiwa Sejarah masa lampau bahwa
A.Zaman Prasejarah dengan kemampuan Nenek moyang untuk mengarungi lautan yang luas dengan perahu bercadik, kemampuan membuat arkheo dari batu batu kasar sampai halus serta kemampuan membuat archeo logam yang menggunakan teknik-teknik yang menawan serta hasil yang sangat memuaskan pada masanya.
B.Zaman Hindu dan Budha , Nenek moyang kita yang Prasejarah dengan menggunakan kemampuan interaksi dan kemampuan menggunakan diplomasi ala lingua franca akhirnya memiliki kemampuan Politik, ekonomi, sosial budaya dan BerbhinekaTunggal Ika. Siapa yang tidak Kenal Mataram Hindu Kerajaan besar abad 6-8 M di Jawa Tengah mampu menunjukkan kehebatannya dengan " didirikannya Borobudur dan Prambanan ", Abad 8-9 M Sriwijaya dengan kemampuan politik, militer dan perdagangan di Ujung Barat Indonesia, dan pada abad 12 - 15 M Kerajaan Kediri-Singasari-Majapahit walaupun masih Misteri tentang bukti keberadaannya namun Kebesaran Mojopahit pada zamannya tidak dapat diingkari keberadaannya bahkan diakui dunia. Kita mengakui bahwa :
1.Berapa banyak Candi-candi, Canal-canal sesuai foto satelit dan bangunan lain sebagai kehebatan dalam arsitektur , seni dan keunikan-keunikan lain.
2.Kebesaran Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk dengan kemampuan menata kehidupan Pemerintahan yang kuat dan Demokratis yang didasari RasaNasionalisme rakyat dengan berbagai macam strategi untuk keberhasilan tujuan negara tanpa menghilangkan unsur demokratisasi rakyat. ( bias dilihat artikel sebelumnya ). Walau hanya sedikit yang ditulis Prapanca mengenai orang besar yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk negara itu, dalam Nagarakretagama Prapanca menuliskan sedikitnya ada
WIJAYA, artinya berlaku tenang dalam menghadapi persoalan yang sangat genting.
MANTRYWIRA, artinya pembela negara yang berani dan gagah.
WICAKSANENGNAYA, artinya bijaksana dalam segala tindakan.
MATANGGWAN, artinya menghormati dan memegang kepercayaan (rakyat dan negara) mempertanggung-jawabkan kepercayaan itu.
SATYABHAKTY APRABHU, artinya setia dengan hati yang ikhlas kepada negara dan Sri Mahkota.
WAGMI WAK, artinya pandai berbicara (pidato) dan meyakinkan buah pikirannya kepada orang lain.
SARJJAWOPASAMA, artinya rendah hati, tidak sombong, bermuka manis, tulus, ikhlas, lurus dan sabar.
3. Kitab Undang-undang Negara, Karya sastra kerajaan Hindu Indonesia : Airlangga, Jenggala-Kediri dan Majapahit misalnya Mpu Sedah Panulu dengan Arjunawiwahanya, Mpu Prapanca dengan kitabnya Negara Kertagama, Mpu Tantular dengan kitabnya Sutasoma dan masih banyak lagi yang menunjukkan suatu kreatifitas yang sangat cerdas
4. Keadaan rakyat " Gemah Ripa Loh Jinawi , Toto Temtrem Kertoraharjo " adalah suatu kondisi kondusif dalam bernegara.
5. dan banyak lagi kehebatan kebudayaan dan peradapan masa itu
C. Zaman Kerajaan Islam , Pada masa awal kedatangan Islam di Kepulauan Nusantara khususnya di Jawa, masyarakat telah menganut dan memiliki berbagai kepercayaan dan agama seperti animisme,dinamisme, Hindu dan Budha. Pada masa itu kepercayaan dan agama tersebut telah melekat dan mendarah daging dalam kehidupan masyarakat.
Dakwah di tengah-tengah masyarakat semacam itu memiliki kesulitan tersendiri. Tidak mudah melaksanakan dakwah Islam agar proses islamisasi berlangsung secara efisien dan efektif. Ini membutuhkan waktu ratusan tahun lamanya. Jika akhirnya Islam dapat dianut oleh mayoritas masyarakat, bagaimanapun kualitasnya yang Kebhinekaan merupakan suatu yang harus disyukuri.
Keberhasilan misi dakwah Islam tersebut selain merupakan kehendak dan karunia Ilahi, sudah barang tentu juga ditentukan oleh adanya kesungguhan dan kegigihan para da’i, mubaligh serta guru agama terutama mereka yang tergabung dalam apa yang disebut dengan "Wali Songo". Merekalah yang dipandang sebagai perintis dakwah yang berhasil meletakkan landasan kehidupan Islam dalam kebhinekaan.
Kombinasi kebhinekaan dari proses panjang masa Prasejarah , Hindu Budha dan Islam menyatu dalam Nasionalisme Indonesia dengan puncaknya Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dimana Konsep kemerdekaan waktu itu adalah “ Indonesia for the Indonesian “ Lolopis kuntul baris ‘ dengan didasari motivasi kejiwaan dari kenangan kejayaan masa lalu, dimana kebudayaan dan peradapan nenek moyang adalah butir-butir mutiara dalam sejarah bermasyarakat dan bernegara perlu ditumbuhkembangkan kembali.
Sudah saatnya Renaissance Indonesia yang berupa kesadaran untuk kembali menggali, mengetrapkan, menciptakan dan menjadi Manusia ulung dalam hidup dan kehidupan sebagaimana nenek moyangnya. Kiranya Renaissance Indonesia harus ditekan pada rasa kejiwaan manusia Indonesia dimana “ Kacang gak ninggal lanjaran “.
Dengan demikian kemajuan dan manusia Indonesia yang modern dengan dasar nilai-nilai luhur yang diharapkan nenek moyang “ yang mengarah pada kombinasi dunia akherat sebagai tujuan dan minimal akan menyejukkan dan mengurangi krisis moral dan krisis dimensial yang dikwatirkan dewasa ini. Kita berharap dihari esok akan lahir anak cucuk Indonesia ini sebagai manusia proses dengan konsep “ kacang gak ninggal lanjarannya “, sehingga masa sekarang ini “ada harapan pencerahan kemudia keyakinan semangat Renaissance Indonesia tumbuh dan akhirnya Indonesia menatap hidup kedepan dengan penuh sinar-sinar cahaya Ketuhanan sebagai jati diri !
Urun rembug kok !! anambintar@gmail.com
“History is make man wise”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar